Survei BI

Survei BI Ungkap Tabungan Meningkat, Konsumsi Rumah Tangga Terkendali

Survei BI Ungkap Tabungan Meningkat, Konsumsi Rumah Tangga Terkendali
Survei BI Ungkap Tabungan Meningkat, Konsumsi Rumah Tangga Terkendali

JAKARTA - Hasil survei konsumen Bank Indonesia (BI) Oktober 2025 menunjukkan tren baru dalam perilaku keuangan masyarakat: meski konsumsi harian sedikit menurun, proporsi tabungan meningkat, dan pembayaran cicilan tetap stabil.

Pola ini mencerminkan kehati-hatian yang sehat di tengah ketidakpastian ekonomi, tanpa menekan daya beli secara signifikan.

Proporsi Konsumsi Menurun, Tabungan Meningkat

Berdasarkan survei BI, rata-rata proporsi pendapatan untuk konsumsi (average propensity to consume ratio) Oktober 2025 tercatat sebesar 74,7%, turun dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 75,1%. Penurunan ini terjadi di berbagai kelompok pengeluaran, mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 2 juta, Rp 3,1 juta hingga Rp 4 juta, hingga di atas Rp 5 juta.

Sementara itu, proporsi pembayaran cicilan atau utang (debt to income ratio) relatif stabil di angka 11,0%, dibandingkan 11,2% pada bulan sebelumnya. Sebaliknya, proporsi pendapatan yang disimpan (saving to income ratio) naik menjadi 14,3%, dari sebelumnya 13,7%.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menilai tren ini sebagai “sinyal kehati-hatian yang sehat, bukan penahanan belanja yang mengkhawatirkan.” Ia menambahkan, pola peningkatan tabungan di kelompok pengeluaran tinggi menunjukkan masyarakat memperkuat bantalan keuangan mereka sambil menunda pembelian besar.

Penurunan Konsumsi Barang Tahan Lama

Penurunan proporsi konsumsi terlihat paling jelas pada kelompok menengah-atas, khususnya pengeluaran di atas Rp 5 juta. Indeks pembelian barang tahan lama juga mengalami penurunan pada kelompok ini, menandakan adanya penundaan belanja barang-barang besar.

“Rumah tangga menunda belanja besar, namun konsumsi harian tetap berjalan normal,” jelas Josua. Artinya, meski terdapat kehati-hatian dalam pengeluaran besar, kebutuhan pokok dan aktivitas konsumsi sehari-hari tetap berjalan, sehingga tidak menekan ekonomi rumah tangga secara keseluruhan.

Dampak pada Inflasi dan Stabilitas Daya Beli

Menurut Josua, pola konsumsi yang berhati-hati ini berkontribusi pada inflasi yang tetap terkendali. Kenaikan harga yang terjadi akhir-akhir ini lebih banyak dipicu oleh komoditas tertentu, seperti emas, daripada lonjakan permintaan domestik.

“Dengan kata lain, kehati-hatian konsumen tidak menunjukkan pelemahan daya beli struktural, melainkan penyesuaian sementara,” tuturnya. Konsumen menyesuaikan pengeluaran sambil menunggu ketidakpastian ekonomi mereda, sehingga tekanan inflasi domestik tetap rendah.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pola Konsumsi

Beberapa faktor memengaruhi pola konsumsi masyarakat saat ini. Pertama, meningkatnya kesadaran untuk menabung di tengah ketidakpastian ekonomi mendorong masyarakat memperkuat cadangan tabungan. Kedua, pembayaran cicilan yang relatif stabil memberikan ruang untuk tetap menyisihkan dana ke tabungan.

Selain itu, kebijakan fiskal dan program subsidi tertentu juga berperan menjaga daya beli masyarakat. Misalnya, kebijakan diskon transportasi menjelang musim liburan diprediksi bisa menahan tekanan harga dan sekaligus mendorong konsumsi harian tetap berjalan.

Tren Pengeluaran yang Lebih Selektif

Survei menunjukkan, kelompok pengeluaran menengah-atas cenderung menunda belanja barang besar, sementara kelompok berpenghasilan rendah hingga menengah tetap mempertahankan konsumsi harian mereka. Pola ini menandakan masyarakat lebih selektif dalam pengeluaran besar, namun tetap memenuhi kebutuhan harian, sehingga ekonomi tetap bergerak.

“Ini adalah pola kehati-hatian yang sehat, menunjukkan rumah tangga menyeimbangkan antara tabungan dan konsumsi tanpa menekan daya beli secara berlebihan,” jelas Josua.

Kehati-hatian Konsumen Tidak Menghambat Daya Beli

Secara keseluruhan, survei konsumen BI Oktober 2025 menunjukkan masyarakat menyesuaikan perilaku keuangannya dengan memperkuat tabungan, menunda belanja besar, namun tetap melanjutkan konsumsi harian. Pola ini mendukung stabilitas inflasi, sekaligus menjaga daya beli dan pertumbuhan ekonomi rumah tangga.

Fenomena ini menegaskan bahwa rumah tangga Indonesia mampu menyeimbangkan antara keamanan finansial dan kebutuhan konsumsi, sehingga tren kehati-hatian tidak menjadi hambatan signifikan bagi aktivitas ekonomi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index