JAKARTA - Kolaborasi antara PT Bank Seabank Indonesia dan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah (BI Jateng) menghadirkan pendekatan baru dalam literasi keuangan, yaitu melalui budaya.
Kegiatan bertajuk “Rupiah Tresno Budoyo” ini menyasar pelaku UMKM, terutama perempuan, agar lebih memahami layanan keuangan digital sambil tetap menjaga nilai budaya lokal.
Literasi Keuangan Bertema Budaya
PT Bank Seabank Indonesia dan BI Jateng mengadakan edukasi keuangan dengan tema “Dua Abad Perang Jawa: Menghidupkan Martabat, Meneguhkan Kemandirian”. Kegiatan ini menjadi bagian dari Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) yang digagas BI, bertujuan meningkatkan inklusi dan literasi keuangan masyarakat melalui pendekatan budaya.
Deputi Kepala Perwakilan BI Jateng, Nita Rachmenia, menekankan pentingnya edukasi keuangan bagi pelaku UMKM. “UMKM merupakan tulang punggung perekonomian. Di Jawa Tengah, kontribusinya mencapai Rp212,95 miliar atau sekitar 14,75 persen dari total PDRB 2024, dan lebih dari 60 persen pelakunya adalah perempuan. Itu sebabnya kami ingin perempuan pelaku usaha semakin berdaya,” ujar Nita.
Melalui kegiatan ini, masyarakat tidak hanya mendapatkan pengetahuan mengenai keuangan, tetapi juga terhubung dengan nilai-nilai budaya lokal yang mendorong ekonomi berkelanjutan.
Fokus pada UMKM dan Perempuan Pelaku Usaha
Acara ini menitikberatkan edukasi kepada pelaku UMKM, terutama perempuan, agar lebih memahami penggunaan sistem pembayaran digital yang aman, efisien, dan mudah. Hal ini sejalan dengan misi BI untuk memperluas akses keuangan dan meningkatkan inklusi keuangan di Jawa Tengah.
SeaBank, sebagai mitra BI, memberikan edukasi tentang layanan perbankan digital, perencanaan keuangan, serta keamanan transaksi non-tunai kepada peserta. Para pelaku UMKM diajarkan bagaimana memanfaatkan teknologi perbankan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha mereka.
Komisaris SeaBank Indonesia, Joice Rosandi, menegaskan dukungannya terhadap inisiatif BI ini. “Kami ingin membantu pelaku UMKM agar lebih mengenal layanan keuangan digital yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas usaha mereka,” ujar Joice.
Antusiasme Peserta Terhadap Edukasi Digital
Selama kegiatan, stan edukasi SeaBank mendapatkan respons positif dari peserta. Banyak peserta yang tertarik untuk mempelajari layanan perbankan digital, mulai dari tabungan, kredit usaha, hingga sistem pembayaran digital yang aman dan mudah diakses.
Kegiatan ini menunjukkan bahwa pendekatan literasi keuangan melalui budaya mampu menarik perhatian masyarakat sekaligus membangun pemahaman yang lebih dalam terhadap manfaat layanan keuangan digital.
Integrasi Budaya dan Keuangan Digital
Pendekatan “Rupiah Tresno Budoyo” menekankan bahwa pengenalan layanan keuangan digital tidak harus mengabaikan nilai-nilai budaya lokal. BI Jateng dan SeaBank percaya bahwa literasi keuangan yang dikombinasikan dengan penghargaan terhadap budaya mampu mendorong inklusi keuangan yang lebih luas dan berkelanjutan.
Nita Rachmenia menyebutkan, kegiatan ini juga menjadi sarana bagi masyarakat untuk memahami bagaimana ekonomi digital dapat selaras dengan pelestarian budaya, sehingga pembangunan ekonomi tidak hanya berbasis teknologi, tetapi juga mempertahankan identitas lokal.
Dampak Terhadap Kemandirian Ekonomi
Dengan edukasi ini, diharapkan pelaku UMKM, khususnya perempuan, dapat memanfaatkan layanan keuangan digital untuk meningkatkan kemandirian ekonomi mereka. Peningkatan literasi keuangan diyakini akan membantu UMKM mengelola keuangan usaha secara lebih efisien, mengakses pembiayaan, serta memperluas jangkauan pasar.
“Melalui kolaborasi dengan BI Jateng, kami berharap bisa berkontribusi pada pemerataan akses keuangan serta peningkatan kemandirian ekonomi masyarakat di Jawa Tengah,” ungkap Joice Rosandi.
Literasi Keuangan Berbasis Budaya
Kolaborasi SeaBank dan BI Jateng menunjukkan model baru dalam literasi keuangan, yaitu memadukan edukasi keuangan digital dengan nilai-nilai budaya lokal. Pendekatan ini tidak hanya memperluas inklusi keuangan tetapi juga memberdayakan pelaku UMKM, terutama perempuan, untuk mengelola usaha lebih efisien dan mandiri.
Kegiatan “Rupiah Tresno Budoyo” menjadi bukti bahwa literasi keuangan tidak harus kaku dan formal, melainkan bisa kreatif, berbasis budaya, dan tetap relevan bagi masyarakat. Dengan dukungan perbankan dan otoritas keuangan, upaya ini diharapkan memperkuat ekonomi lokal sekaligus meningkatkan kemandirian masyarakat di Jawa Tengah.