JAKARTA - Dalam upaya memperkuat penilaian kelayakan kredit atau credit scoring, fintech peer-to-peer (P2P) lending PT Indonusa Bara Sejahtera (OVO Finansial) kini memanfaatkan data transaksi digital dari sistem pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Langkah ini menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk meningkatkan ketepatan analisis risiko sekaligus memperluas akses pendanaan bagi masyarakat.
Direktur Utama OVO Finansial, Riady Nata, menjelaskan bahwa integrasi data historis QRIS ke dalam sistem penilaian kredit memberikan wawasan berharga terkait perilaku transaksi dan pola pembayaran para pengguna atau borrower. “Kami secara berkala mengevaluasi efektivitas integrasi data ini dalam sistem kami,” ujarnya.
Dengan memanfaatkan data digital yang tercatat melalui QRIS, OVO Finansial dapat menganalisis konsistensi pemasukan dan perilaku transaksi peminjam, sehingga pendanaan bisa lebih tepat sasaran. Menurut Riady, data ini berfungsi sebagai indikator tambahan di samping berbagai sumber data lain yang digunakan perusahaan.
Data Alternatif untuk Penilaian Kredit Lebih Akurat
Riady menambahkan bahwa OVO Finansial juga memanfaatkan data alternatif lain, mulai dari riwayat aktivitas pengguna di platform OVO dan Grab, hingga informasi dari biro kredit resmi. “Pendekatan berbasis data ini kami lakukan untuk memastikan kemampuan pembayaran kembali dapat dinilai secara bertanggung jawab, sesuai regulasi yang berlaku,” kata Riady.
Selain itu, data internal OVO Finansial menunjukkan kendala pembayaran pinjaman umumnya disebabkan oleh ketidakstabilan pendapatan, khususnya pada kelompok usia 30–40 tahun. Dengan pemahaman ini, perusahaan terus memperkuat sistem mitigasi risiko dan memastikan layanan keuangan yang diberikan tetap optimal bagi masyarakat. Hingga 10 November 2025, OVO Finansial mencatat Tingkat Keberhasilan Bayar (TKB90) sebesar 96,38%.
Dukungan BI terhadap Pemanfaatan Data Digital
Langkah OVO Finansial sejalan dengan dorongan Bank Indonesia (BI) agar data atau jejak digital QRIS bisa dijadikan dasar penilaian kelayakan kredit, termasuk di fintech P2P lending. Deputi Gubernur BI, Juda Agung, menekankan bahwa teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dapat mengolah jejak digital transaksi keuangan yang dihasilkan oleh penggunaan QRIS. Hasil olahan AI ini menjadi basis alternative credit scoring atau penilaian kredit alternatif.
“Jejak digital keuangan dari pelaku UMKM, seperti besaran pemasukan, pengeluaran, dan jumlah pelanggan, bisa dimanfaatkan AI untuk memberikan akses pinjaman dari bank atau fintech lending,” jelas Juda dalam acara FEKDI & IFSE 2025 di Jakarta. Menurutnya, data digital yang tercatat melalui QRIS membuka peluang bagi UMKM untuk memperoleh pembiayaan lebih mudah dan cepat, meski sebelumnya tidak memiliki riwayat kredit formal.
Keuntungan Integrasi Data QRIS bagi Peminjam
Pemanfaatan data QRIS memungkinkan analisis lebih akurat terhadap kemampuan bayar peminjam. Dengan data historis transaksi, perusahaan dapat mendeteksi fluktuasi pendapatan, pola pengeluaran, dan frekuensi transaksi. Hal ini membantu perusahaan menyesuaikan persyaratan kredit sehingga risiko gagal bayar dapat diminimalkan.
Selain itu, penggunaan data alternatif seperti riwayat aktivitas platform digital dan biro kredit memperkuat keamanan dan ketepatan sistem penilaian. Riady menekankan bahwa kombinasi berbagai sumber data membuat proses credit scoring lebih komprehensif, mendukung prinsip kehati-hatian, dan tetap mematuhi regulasi.
Memperluas Akses Keuangan Melalui Teknologi Digital
Juda Agung menilai integrasi QRIS dalam penilaian kredit sejalan dengan arah kebijakan BI untuk mendorong transformasi digital sistem pembayaran dan memperluas inklusi keuangan. Dengan adanya alternative credit scoring berbasis data digital, lebih banyak pelaku usaha, terutama UMKM, bisa mendapatkan akses pendanaan yang sebelumnya sulit dijangkau.
“Teknologi AI memungkinkan pemanfaatan jejak digital transaksi untuk memberikan kemudahan akses kredit, sekaligus memperkuat evaluasi risiko secara real time,” tambah Juda. Dengan demikian, fintech seperti OVO Finansial dapat memberikan pinjaman yang lebih tepat, efisien, dan bertanggung jawab, sementara pelaku usaha memperoleh peluang pendanaan yang lebih adil.
Langkah Strategis OVO Finansial
Implementasi data QRIS dalam sistem credit scoring menunjukkan strategi OVO Finansial untuk menggabungkan inovasi teknologi dengan prinsip kehati-hatian. Langkah ini diharapkan tidak hanya memperkuat analisis risiko, tetapi juga mendukung pengembangan ekosistem keuangan digital di Indonesia.
Riady menegaskan bahwa perusahaan akan terus mengevaluasi efektivitas pemanfaatan data QRIS dalam sistemnya. Hal ini dilakukan agar layanan pinjaman tetap memberikan manfaat maksimal, membantu masyarakat dan UMKM, sekaligus menjaga kualitas portofolio kredit perusahaan.
Dengan pendekatan berbasis data, OVO Finansial memadukan inovasi fintech dan kecanggihan AI untuk memperluas akses keuangan, meningkatkan inklusi, serta memperkuat keamanan dan akurasi proses penilaian kredit. Langkah ini diharapkan menjadi model bagi fintech lain dalam memanfaatkan data digital untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis teknologi di Indonesia.