JAKARTA - Banyak yang mengira menopause hanya terjadi pada wanita, padahal pria juga mengalami fenomena serupa yang dikenal dengan andropause atau late-onset hypogonadism.
Proses ini ditandai oleh penurunan kadar testosteron secara alami seiring bertambahnya usia, yang berdampak pada energi, suasana hati, hingga kualitas hidup secara keseluruhan.
Menurut Dr. Sanjay Prakash J, konsultan andrologi mikrosurgikal dan urologi di Asian Institute of Nephrology and Urology, Chennai, andropause terjadi secara perlahan. “Bedanya, proses ini tidak berlangsung tiba-tiba seperti pada wanita, namun dampaknya terhadap kesehatan, energi, suasana hati, dan kehidupan seksual tetap nyata,” jelasnya.
Perubahan Hormon dan Dampaknya
Kadar testosteron pada pria mulai menurun sejak usia pertengahan 30-an, sekitar 0,4 persen per tahun berdasarkan European Ageing Male Study. Penurunan hormon ini menyebabkan berbagai perubahan fisik dan mental, termasuk energi yang berkurang, gairah seksual menurun, hingga gangguan suasana hati.
Andropause tidak selalu hanya karena penuaan. Faktor gaya hidup dan penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, stres berkepanjangan, serta penggunaan obat tertentu dapat mempercepat penurunan hormon di luar batas alami. “Jadi, meskipun penuaan menjadi penyebab utama, faktor-faktor lain inilah yang membuat sebagian pria merasakan gejalanya lebih berat,” tambah Dr. Prakash.
Tanda-Tanda yang Perlu Diwaspadai
Andropause dapat muncul dalam berbagai bentuk. Pria sebaiknya waspada jika mengalami:
Rasa lelah terus-menerus meski sudah cukup istirahat
Perubahan suasana hati, termasuk mudah marah, depresi, atau kecemasan
Penurunan gairah seksual dan gangguan performa seksual, seperti disfungsi ereksi
Hilangnya massa otot dan peningkatan lemak tubuh, terutama di area perut
Hot flashes atau keringat berlebih
Gangguan tidur
Perubahan ini biasanya muncul secara bertahap antara usia 40 hingga 60 tahun dan sering disalahartikan sebagai tanda penuaan biasa atau stres pekerjaan.
Pentingnya Kesadaran dan Pemeriksaan
Masih banyak kebingungan seputar andropause karena gejalanya mirip dengan tanda-tanda penuaan atau penyakit kronis lain. Diagnosis memerlukan evaluasi klinis, tes darah untuk kadar testosteron, dan analisis faktor lain yang berkontribusi, sekaligus menyingkirkan kemungkinan penyebab lain.
“Kurangnya kesadaran adalah penghalang terbesar. Sama seperti wanita didorong memahami dan mengelola menopause, pria juga perlu mengenali andropause tanpa stigma,” ujar Dr. Prakash. Pemeriksaan hormon secara rutin setelah usia 40 tahun dan konsultasi aktif dengan ahli urologi atau andrologi sangat disarankan.
Langkah Pencegahan dan Penanganan
Perbaikan gaya hidup adalah langkah awal yang paling efektif. Beberapa cara yang dianjurkan antara lain:
Menjaga berat badan ideal
Rutin berolahraga
Mengurangi konsumsi alkohol
Mengelola stres dengan baik
Selain itu, menangani penyakit penyerta seperti obesitas, sleep apnea, diabetes, dan penyakit kronis lainnya dapat membantu mencegah penurunan hormon yang lebih parah. Dukungan psikologis melalui konseling atau terapi juga bermanfaat untuk memperbaiki suasana hati dan kualitas hidup.
Terapi Penggantian Testosteron (TRT)
Pada pria dengan defisiensi testosteron yang signifikan, terapi penggantian testosteron (Testosterone Replacement Therapy/TRT) bisa dipertimbangkan, tetapi harus dilakukan di bawah pengawasan dokter karena memiliki risiko tertentu.
TRT tersedia dalam berbagai bentuk, termasuk:
Suntikan
Gel topikal
Implan
Semprotan hidung
Obat oral (meski bentuk ini kurang direkomendasikan)
TRT tidak boleh diberikan pada pria dengan kondisi tertentu, seperti kanker prostat lanjut atau metastatik, kanker payudara pria, gagal jantung berat, pria yang ingin memiliki anak, kadar sel darah merah tinggi, atau riwayat penggumpalan darah.
Menjalani Masa Penuaan dengan Percaya Diri
Meskipun pria tidak mengalami menopause secara tiba-tiba seperti wanita, penurunan hormon akibat andropause tetap nyata dan memengaruhi kualitas hidup. Kesadaran, pemeriksaan rutin, dan perbaikan gaya hidup menjadi kunci agar pria dapat menghadapi masa penuaan dengan energi yang tetap terjaga, suasana hati stabil, dan kehidupan seksual yang optimal.
“Penuaan itu tak terelakkan, tapi merasa tua bukanlah kewajiban. Dengan pemahaman yang tepat dan langkah preventif, pria dapat menjalani andropause tanpa stigma dan tetap aktif,” tegas Dr. Prakash.